Archive for June 13th, 2010

Sejarah Sir Edmund Hillary

pendaki gunung dan penjelajah Sir Edmund Percival Hillary meninggal pada tahun 2008, hampir lima setengah dekade setelah mencatat sejarah memanjat ke puncak Gunung Everest dan pendakian bersama rekannya ke Tenzing Norgay yang membuatnya mendapat pujian di seluruh dunia.

Awalnya ia menjadi pemelihara lebah dan pendaki gunung amatir dari Selandia Baru, ia terus menjelajahi Himalaya dan Antartika. Tidak hanya membuat prestasi dalam dunia pendakian, melanjutkan karya tindakan kemanusiaan untuk sherpa Nepal selama empat dekade.

Lahir pada 20 Juli 1919 dan dibesarkan di Tuakau Selandia Baru sebuah kota kecil yang terletak sekitar 30 mil (50 kilometer) dari selatan Auckland. Pada usia 16 tahun ia tertarik untuk menjadi pendaki gunung dalam perjalanan ke sekolahnya di Gunung Ruapehu. Ia kuliah di Universitas Auckland dan belajar matematika dan sains. Tahun 1939 pendakian besar yang pertama ketika ia mencapai puncak Mount Olivier di Southern Alps.

Dengan profesi, sebagai peternak lebah bersama kakaknya Rex. Dia bekerja sepanjang musim panas sebagai peternak lebah untuk mengeksplorasi pegunungan di musim dingin. Dia mendaki gunung di Selandia Baru, di Pegunungan Alpen. Pada Himalaya ia naik 11 puncak lebih dari 20.000 kaki. Saat itu, ia siap untuk mendaki Gunung Everest. Gunung Everest Antara 1920 dan 1952, tujuh ekspedisi besar gagal mencapai puncak Gunung Everest, yang 29.028 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di bumi.

Edmund Hillary bergabung dengan ekspedisi untuk melakukan penaklukan di Everest tahun 1953 dipimpin oleh Sir John Hunt. Hillary dan Tenzing Norgay, seorang pendaki dari Nepal, adalah satu-satunya anggota ekspedisi untuk melakukan serangan terakhir. Pada pukul 11.30 pagi tanggal 29 Mei, 1953 Hillary dan Norgay membuat sejarah dengan mencapai puncak.

Setelah sukses mencapai puncak Gunung Everest, Hillary dan Hunt dinobatkan sebagai,” The Ascent of Everest”, (diterbitkan di AS sebagai orang yang melakukan Pembebasan Everest)Tidak ada otobiografi nya hillary Venture, Nothing Win diterbitkan pada tahun 1975 dan 1979, ia menerbitkan Dari Samudra ke Sky, data simpanan dari tahun 1977 melalui ekspedisi di sungai Gangga ke sumbernya di Himalaya.

Warisan Hillary adalah dengan diangkatnya sebagai ksatria Komandan Ordo Kekaisaran Britania pada tahun 1953, anggota Orde Selandia Baru pada tahun 1987 dan Ksatria Ordo Garter pada tahun 1995. Pada tahun 1992 Hillary muncul di Selandia Baru dalam uang lima dolar, jalan-jalan, sekolah dan organisasi di seluruh Selandia Baru dan internasional yang dinamai atas namanya untuk menghormatinya.

Bentu amal kesukaan Sir Edmund Hillary adalah outdoor pursuits di Pusat Selandia Baru yang didukung sebagai Pelindung selama 35 tahun. Organisasi ini memperkenalkan Selandia Baru keluar negaranya mirip dengan pengalaman pertama di Gunung Ruapehu.

Pada tahun 1962 ia mulai mulai bekerja dengan sherpa di Nepal yang telah sering membantunya sebagai utang budi. Dia mendermakan uangnya untuk Himalaya Trust, dan membantu menginstal jembatan dan pipa. Hampir 30 sekolah, 2 rumah sakit, 12 klinik medis dan 2 klinik gunung dibangun. Ada biara dipulihkan dan satu juta bibit ditanam di dalam dan sekitar kota-kota kawasan Solu Khumbu-desa miskin di Nepal. Sementara di usia 70 tahun nya, Hillary akan menghabiskan 5 bulan lagi dari Selandia Baru per tahun untuk mengumpulkan uang dengan memberikan ceramah dan mengunjungi proyek-proyek di Nepal.

tony blair

Sejarah Tony Blair Perdana Menteri Britania Raya selama satu dekade,
Tony Blair menjabat sebagai anggota partai Buruh, belum pernah terjadi sebelumnya sebagai Anggota Parlemen untuk Sedgefield. Dia menerima tanggung jawab selama masa jabatannya untuk mengubah fokus citra Partai Buruh dan membuatnya lebih pantas dipilih.

Blair menjadi terkenal ketika ia mempertaruhkan otoritas pribadi dan reputasinya dengan mendukung pemerintah Amerika Serikat dalam Perang Teror. Setelah ia mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri, ia menjadi Duta resmi Quartet di Timur Tengah.Anthony Blair lahir pada 6 Mei 1953, di Edinburgh, Skotlandia, Blair kemudian masuk ke Universitas Oxford. Setelah lulus, ia memulai karir sebagai pengacara.

Terpilih sebagai Anggota Parlemen untuk Sedgefield pada tahun 1983, ia segera menjadi bagian dari kerumunan pemodernisasi Partai Buruh. Blair, bersama dengan politisi Gordon Brown dan Peter Mandelson, ingin mengubah citra Partai Buruh dengan berfokus pada citra agar membuat lebih diterima oleh pemilih. Trio itu ingin mengecilkan hubungan dengan serikat buruh, perlucutan senjata nuklir sepihak, kepemilikan publik dan perpajakan yang tinggi.

Tony Blair menjabat sebagai Pemimpin Partai Buruh setelah kematian mantan pemimpin John Smith. Setelah terpilih untuk posisi tersebut, dia terbukti sebagai sosok yang mengesankan dan pemimpin yang dinilai mampu bagi Partai Buruh. Dia memimpin partai untuk kemenangan telak dalam pemilihan umum 1997. Pada usia 43 tahun Blair menjadi perdana menteri termuda di Parlemen sejak 1812.

Dia mencoba untuk memproyeksikan citra modern bagi rakyat britania.Dia menerapkan kebijakan radikal seperti reformasi konstitusional yang memungkinkan bentuk-bentuk terbatas dari pemerintahan sendiri ke Wales dan Skotlandia. Menyadari bahwa Partai Buruh yang diperlukan untuk mengubah citra dan pesan untuk mendapatkan suara, Blair fokus dari penekanan tradisional pada industri nasional dan hak-hak serikat buruh dan didukung kebijakan untuk kejahatan yang lebih rendah dan pajak, meningkatkan perdagangan, dan memberikan kewenangan yang lebih untuk regional dan pemerintah negara bagian.

Dia merasa bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk menciptakan suatu lingkungan dimana keluarga datang lebih dulu. Dengan demikian, ia menempatkan penekanan pada keluarga dan nilai-nilai komunitas dan mengimplementasikan kebijakan di mana mereka dapat berkembang. Reformasi pelayanan publik ternyata lebih sulit untuk melaksanakan, dan Blair mencatat bahwa ketergantungan negara pada inisiatif perusahaan swasta tidak memberikan hasil yang diantisipasi. Perawatan kesehatan, pendidikan dan transportasi masih tampak bermasalah dalam hal ini.

Meskipun Blair terpilih kembali pada tahun 2001, istilah kedua lebih sulit. gambar-Nya menjadi agak ternoda oleh dukungan yang kuat dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Selama perang dengan Irak (2003) ia yakin Britania untuk berpartisipasi, mengklaim bahwa Irak sedang mengembangkan senjata pemusnah massal. Ketika Blair berlari untuk masa jabatan ketiga berturut-turut, ia terpilih kembali dalam pemilu tahun 2005.

Salah satu yang menarik dari periode ini adalah pertemuan puncak G8 di Gleneagles. Dia memimpin puncak yang berfokus pada dua isu impor ekstrim kepadanya: perubahan iklim dan kondisi di Afrika. Setelah karir yang panjang sebagai Perdana Menteri, Tony Blair mengundurkan diri dari jabatannya pada 2007.

Mengubah krisis menjadi peluang yang menguntungkan

Pemimpin legendaris perancis, Jendral Charles De Gaulle dalam bukunya berjudul “sword of power”, menyatakan pemimpin harus mempunyai intelektualitas, namun lebih penting lagi, ia harus mempunyai naluri.Dalam mencari peluang dan solusi, yang membedakan antara pemimpin dan pengikut adalah kemampuan untuk menyambung nalar dengan naluri.
Seperti dalam berorganisasi, tidak jarang menemukan perbedaan pendapat dan berujung pada perpecahan, saling menjatukan dan berfikiran negative antara satu kubu dengan kubu lainnya. Disinilah peranan penting seorang pemimpin dalam mencari jalan keluar untuk permasalahan ini “win-win solution”, misal diadakan lah kegiatan atau sistem kerja yg melibatkan ke2 kubu dan sistem yang saling berkaitan diantaranya, yang saling membutuhkan antara kubu 1 dan kubu 2 sehingga secara tidak langsung mereka akan bekerjasama secara positive dan profesional serta dampaknya melupakan konflik yg sebelumnya ada, menciptakan suatu kegiatan yang berpotensi memajukan ke2 belah fihak, bukankan bekerja sama itu lebih baik daripada bekerja sendirian, 2 ide yang akan membuat hasil yang luar biasa.
Setiap orang berpotensi untuk menjadi pemimpin, baik itu diruang lingkup yang kecil ataupun besar tidak menjadi masalah asalkan kita mempunyai kemampuan berfikir dan naluri yang baik.Jadikanlah setiap permasalahan untuk menjadi peluang bagi diri sendiri ataupun orang lain, mencari solusi serta memetik pelajaran dari masa lalu, dan perlu diingat jangan tabu untuk mengambil nasihatt ataupun kritikan dari orang lain, karna sesungguhnya seseorang memberikan kritikan itu adalah seseorang yang memperhatikan seluk beluk perjalanan anda, semoga bermanfaat dan menjadikan pembelajaran untuk diri kita agar menjadi pribadi yang berguna dan seorang pemimpin yang selalu berfikiran jauh ke depan

Merespon masalah secara real time

Dalam masa krisis dimana situasi bergulir dgn sangat cepat, satu elemen yg sangat penting adalah respon yang real time.realtime disini berarti tepat waktu dan tidak tertinggal oleh roda-roda perkembangan kejadian.disinilah seseorang harus bisa membuat respon yang tepat, namun respon tersebut bisa menjadi tidak efektif jikalau tidak dilakukan secara real time.
Keterlambatan dalam merespon, yang biasanya datang dari sikap mengundur-ngundur waktu dapat beraibat fatal dalam situasi krisis.Contoh kasus yg sekarang ini sedang merebak di pasaran tentang penculikan anak, sungguh mengenaskan apabila dilihat dari kondisi ketika sang anak ditemukan,modus operandi penculikan bermacam2,namun biasanya ada pola tertentu,kemudian tidak akan ada kabar sepi beberapa hari, kemudian akan ada beberapa pihak yg mengaku sebagai perantara, kemudian perlu dilakukan proses klarifikasi untuk menentukan perantara yg kredibel, kemudian menentukan apakah ada tuntutan khusus atau sekedar uang, kemudian negosiasi, dan kemungkinan bisa happy ending atau tragic ending.Apabila tidak segera ditangani secara real time maka akan terjadi banyak sekali korban.
Pihak2 yg terkait ataupun tidak terkait dalam masalah ini seyogyanya sama2 bertanggung jawab dalam masalah kemanusiaan ini,pihak berwajib,guru-guru,dan orang tua sama2 mempunyai andil dalam pengawasan dan menjaga keselamatan anak.Memberikan pengarahan terhadap anak agar menolak apabila diajak orang asing atau pihak berwajib dan para guru di sekolah memberikan ceramah rutin tentang masalah ini,agar sang anak mengerti akan kejadian yang sedang terjadi.
Smoga kita sesama manusia bisa lebih peka dan sadar serta ikut serta dalam penanganan semua masalah kemanusiaan secara cepat dan real time.Jangan terlalu menunda nunda permasalahan, karna cepat atau lambat itu akan memberikan dampak yang jauh lebih buruk lagi dari inti masalah yang sungguhnya, melihat,mempelajari dan bersama-sama mencari jalan keluar secara cepat dan tepat waktu.

history of titanic

Titanic mungkin adalah kapal paling legendaris dalam sejarah karena skala proyek, refleksinya ketidakadilan awal abad ke-20, dan tentu saja nasib yang akhirnya tragis. Titanic sayangnya tetap terkenal salah satu bencana maritim terbesar dalam sejarah. Hal ini terus mempesona generasi ilmuwan dan peminat sejarah dan telah menjadi topik kultus benar. Ilmu baru-baru ini membantu mengungkap beberapa banyak misteri ketika kecelakaan itu ditemukan pada tahun 1985.

Konstruksi

White Star Line, perusahaan pelayaran besar Inggris, memutuskan pada awal abad ke-20 yang insinyur yang akan membangun kapal penumpang terbesar dan paling bergengsi di dunia: RMS Titanic. Thomas Andrews bertanggung jawab atas desain, dan konstruksi dimulai di Harland dan situs Wolf konstruksi angkatan laut pada tahun 1909.

Raksasa

Titanic datang menjelang akhir era-mesin uap dan merupakan kapal ukuran besar yang dimaksudkan untuk mengintimidasi kompetisi. Dengan lebih dari 880 kaki panjang (beberapa kali ukuran Boeing 747) dan tonase lebih dari 46.000 ton, RMS Titanic adalah pada saat kapal terbesar yang pernah dibuat, tercatat 3.547 orang di total.

Kapal itu dimaksudkan untuk menyilaukan kedua dengan ukuran tipis dan kemewahan di atas kapal. Engineers bangga dengan membangun sebuah kapal cepat dan kuat yang akan membawa penumpang high-end melintasi Atlantik dalam gaya.

Life Aboard Titanic

White Star Line telah membuat titik merancang yang paling mewah dan kadang-kadang over-the-top mungkin infrastruktur untuk mengakomodasi penumpang kelas satu sangat kaya. Fasilitas yang banyak dan termasuk restoran high-end, kolam renang dan pusat olahraga. Kedua penumpang kelas telah jauh lebih umum kondisi perjalanan, sementara penumpang kelas ketiga hanya on board untuk sampai ke sisi lain.

Voyage perdana dan Tenggelamnya

Titanic berakhir tragis terjadi selama perjalanan pertama dan satu-satunya, yang dimulai April 10, 1912, dari Southampton dan dimaksudkan untuk mengakhiri di New York City. Kapal itu membawa total 2228 orang dari semua lapisan masyarakat, bangsa dan latar belakang sosial. Edward John Smith, seorang kapten Inggris yang berpengalaman, bertanggung jawab atas kapal untuk apa ia dimaksudkan untuk menjadi perjalanan terakhir sebelum pensiun.

Pelayaran perdana Titanic adalah sebuah peristiwa besar yang menarik sejumlah selebriti Inggris dan Amerika dan pengusaha, antara lain Dorothy Gibson, John Astor, Benjamin Guggenheim, Isidor Straus (co-pendiri Macy’s) dan banyak lainnya.

sinking Titanic terjadi pada malam 14 April, 1912 empat hari dalam perjalanan, saat kapal bertabrakan dengan gunung es dan kompartemen mengambang secara bertahap diisi dengan air sampai mereka tidak bisa mendukung lagi. Butuh waktu hampir tiga jam untuk Titanic untuk menjadi benar-benar tenggelam, tapi keputusan yang buruk dan kurangnya persiapan menyebabkan kematian 1522 orang dari 2228 hadir di atas perahu.

Raksasa

Penyebab terbesar dari kemarahan dalam tragedi ini tidak diragukan lagi kurangnya sekoci, ditambah dengan prioritas diberikan kepada penumpang kelas selama evakuasi. Hebatnya, White Star Line tidak dianggap perlu untuk melengkapi kapal dengan lebih dari 16 sekoci, yang sebesar kapasitas hanya 1.178 orang. Mereka sekoci juga terlalu kurang dimanfaatkan dan membantu penyelamatan hanya sekitar 700 orang, sedangkan sisanya tewas di perairan beku.

original source : hystory of things

translate by google translate

VASCO DA GAMA VASCO DA GAMA ± 1460-1524 penemu jalur laut dari portugal

Dia itulah, Vasco da Gama, penyelidik Portugis yang menemukan jalur jalan laut langsung dari Eropa ke India dengan berlayar mengelilingi Afrika.Orang-orang Portugis sudah lama mencari jalur ini sejak saat Pangeran Henry Sang Navigator (1394-1460). Tahun 1488 sebuah ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Bartolomeus Dias telah sampai dan mengitari Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika dan kembali ke Portugis.

Dengan keberhasilan ini, Raja Portugis mahfum bahwa usaha lama mencari jarak terpendek ke India kini hampir mendekati kenyataan. Tetapi, ada pelbagai penundaan, dan baru tahun 1497 sebuah ekspedisi ke India benar-benar dilaksanakan. Untuk memimpin ekspedisi itu raja menunjuk Vasco da Gama, seorang bangsawan dari kelas rendahan yang lahir sekitar tahun 1460 di kota Sines, Portugis.

Da Gama bongkar sauh tanggal 8 Juli 1497, terdiri empat kapal di bawah komandonya dengan jumlah kelasi seluruhnya 170 orang termasuk penterjemah bahasa Arab. Pertama ekspedisi berlayar menuju kepulauan Tanjung Verde. Lalu, daripada dia telusuri pantai Afrika seperti dilakukan oleh Dias, da Gama berlayar menuju selatan, jauh di luar Samudera Atlantik. Dia berlayar terus jauh ke selatan, dan kemudian membelok ke timur mencapai Tanjung Harapan. Ini merupakan pilihan yang jitu, lebih cepat ketimbang menyusuri pantai ke selatan, biarpun perbuatan ini memerlukan keberanian lebih banyak dan kelihaian navigasi. Akibat rute yang dipilihnya, kapal-kapal Gama tidak kelihatan dari daratan selama tidak kurang dari sembilan puluh tiga hari –lebih lama dua setengah kali dari yang dialami kapal Colombus!

Da Gama mengitari Tanjung Harapan pada tanggal 22 Nopember, kemudian berlayar ke utara menyelusuri pantai timur Afrika. Dalam pelayaran ke utara itu dia membuang sauh di pelbagai kota yang dikuasai orang Muslim, termasuk Mambasa dan Malindi yang kini bernama Kenya. Di Malindi dia ambil seorang penunjuk jalan bangsa India yang menuntunnya selama 23 hari melintasi Laut Arab menuju India. Tanggal 20 Mei 1498, sekitar 10 bulan sesudah keberangkatannya dari Portugis da Gama sampai di Calicut, kota pusat perdagangan paling penting di India bagian selatan. Penguasa Hindu di Calicut, Zamorin, mulanya menyambut baik kedatangan da Gama. Tetapi, kemudian Zamorin merasa kecewa karena hadiah upeti yang dipersembahkan da Gama kelewat murah harganya. Berkaitan dengan kekejaman pedagang-pedagang Muslim yang menguasai rute jalan perdagangan di Samudera Hindia, ini menjadi halangan buat da Gama meneruskan transaksi dagang dengan Zamorin. Kendati begitu, ketika da Gama meninggalkan Calicut bulan Agustus, da Gama diberi muatan rupa-rupa rempah-rempah agar disampaikan kepada pemerintahnya di Portugis, begitu juga sejumlah orang India.

Perjalanan pulang rupanya lebih sulit ketimbang pergi. Makan jangka waktu sekitar 3 bulan melintasi Laut Arab dan banyak awak kapal yang mati karena penyakit darah akibat kebanyakan makan daging tetapi kekurangan buah dan tumbuhan. Akhirnya cuma dua kapal selamat sampai di rumah: kapal pertama berlabuh di Portugis tanggal 10 Juli 1499 dan kapal da Gama sendiri baru sampai 2 bulan kemudian. Hanya 55 anak buahnya dapat bertahan hidup, berarti kurang dari sepertiga tatkala berangkat memulai pengembaraan. Tetapi, ketika da Gama kembali ke Lisabon tanggal 9 September 1499, baik dia maupun Raja memahami betul bahwa perjalanan dua tahun itu merupakan suatu sukses besar.Enam bulan kemudian, Raja Portugis kirim lagi ekspedisi lanjutan di bawah pimpinan Pedro Alvares Cabral. Cabral tiba pada saat yang tepat di India, menemukan rute perjalanan ke Brazil (kendati para historikus percaya bahwa sudah ada orang Portugis lain yang menemukannya lebih dulu), dan kembali ke Portugis membawa tumpukan rempah-rempah.

Tetapi, beberapa anak buah Cabral terbunuh di Calicut sehingga tahun 1502 da Gama dikirim kembali ke sana untuk melakukan hukuman pembalasan, membawa armada yang terdiri dari 20 kapal.Tingkah laku da Gama dalam ekspedisi ini betul-betul ganas. Di luar perairan pantai India dia merampas sebuah kapal Arab yang sedang lewat dan sesudah memindahkan muatannya tetapi tidak penumpangnya, dia bakar kapal itu di tengah laut. Kesemua penumpang yang ada di atas kapal, termasuk wanita dan anak-anak, musnah. Ketika dia sampai di Calicut da Gama dengan congkak minta agar Zamorin mengahalau semua Muslim dari pelabuhan. Ketika Zamorin bimbang, da Gama menangkapnya dan membunuhnya, dan menyisihkan 37 pelaut-pelaut India lantas dibomnya pelabuhan itu. Murka tetapi tak berdaya orang-orang Zamorin mengabulkan permintaan da Gama. Dalam perjalanan pulang da Gama mendirikan beberapa koloni Portugis di Afrika Timur.Untuk hasil karya ini dia peroleh hadiah besar dari Raja Portugis, diberi gelar kebangsawanan, diberi perkebunan, diberi jaminan pensiun dan rupa-rupa hadiah uang. Da Gama tidak kembali ke India hingga tahun 1524 ketika Raja baru Portugis mengangkatnya jadi Raja muda India. Beberapa bulan sesudah tiba di India dia jatuh sakit dan meninggal di sana bulan Desember 1524. Dia akhirnya dimakamkan kembali di Lisabon. Da Gama beristri dan punya tujuh anak.Arti penting utama perjalanan Vasco da Gama adalah karena dia membuka jalur laut langsung antara Eropa dan India serta Timur Jauh, yang faedahnya bisa turut dikecap oleh banyak negara.Dalam jangka pendek, faedah terbesar karuan saja jatuh pada Portugis.

Melalui jalur perdagangan baru ke Timur, negeri yang tadinya melarat ini di pinggiran Eropa yang berbudaya mendadak sontak jadi negeri terkaya di Eropa. Portugis dengan cepat mendirikan koloni-koloni jajahan di seputar Samudera Indonesia. Mereka punya benteng-benteng dan pos-pos serdadu di India, Indonesia, Madagaskar, di pantai timur Afrika dan di banyak tempat lagi. Ini sudah barang tentu merupakan tambahan belaka dari daerah yang mereka sudah kuasai seperti Brasil dan daerah-daerah jajahan lainnya di belahan barat Afrika yang sudah mereka bangun bahkan sebelum perjalanan Vasco Da Gama. Orang-orang Portugis berhasil mempertahankan daerah-daerah jajahan ini hingga pertengahan abad ke-20.Pembukaan jalur perdagangan baru ke India oleh Vasco da Gama membawa akibat kemunduran luar biasa buat pedagang-pedagang Muslim yang tadinya menguasai jalur perdagangan di Samudera Indonesia. Pedagang-pedagang Muslim ini segera sepenuhnya dikalahkan dan tempatnya digantikan oleh Portugis. Lebih jauh dari itu, jalur perdagangan lewat darat antara India ke Eropa menjadi tidak berguna karena jalur laut lewat Afrika yang dirintis oleh Portugis jauh lebih murah.

Ini merupakan pukulan pahit baik buat orang-orang Turki Ottoman maupun kota-kota perdagangan Itali (seperti Venesia) yang tadinya menguasai perdagangan ke Timur. Tetapi, bagi Eropa lainnya ini berarti barang-barang dari Timur Jauh berharga lebih murah daripada semula.Akhirnya, pengaruh terbesar dari perjalanan Vasco da Gama tidaklah terhadap Eropa atau Timur Tengah, tetapi lebih banyak terhadap India dan Asia Tenggara. Sebelum tahun 1498 India terpencil dari Eropa. Memang, sepanjang sejarah India merupakan satu negeri berdiri sendiri, kecuali ada pengaruh luar yang datang dari arah barat laut. Perjalanan Vasco da Gama mendobrak keterasingan ini dan menyuguhkan hubungan langsung dengan kebudayaan Eropa lewat jalur laut. Pengaruh serta kekuatan Eropa tumbuh lebih mantap dan lebih kuat di India, hingga pada pertengahan abad ke-19 seluruh anak benua itu jatuh ke bawah kekuasaan mahkota kerajaan Inggris. (Perlu dicatat, inilah satu-satunya saat dalam sejarah bahwa India dipersatukan di bawah satu penguasa). Sedangkan untuk Indonesia, mulanya sekedar peroleh pengaruh Eropa, kemudian seluruhnya jatuh di bawah kekuasaan Eropa. Hanya sesudah pertengahan abad ke-20 daerah-daerah ini memperoleh otonominya.

Tokoh yang jelas bisa disejajarkan dengan Vasco da Gama adalah Christopher Colombus. Dalam beberapa hal, perbandingan ini memberi kelebihan kepada Vasco da Gama. Perjalanannya, misalnya, jauh lebih membawa hasil yang mengesankan. Dan jauh lebih lama dari perjalanan Colombus baik diukur dari jarak maupun lamanya. Lebih dari tiga kali lipat! Dan memerlukan kelihaian navigasi lebih banyak. (Colombus, tak peduli berapa dia kehilangan arah, paling-paling dia tidak menemukan Dunia Baru, sedangkan Vasco da Gama akan kehilangan Tanjung Harapan dan lenyap entah ke mana di Samudera Indonesia). Lebih jauh dari itu, tidak seperti Colombus, Vasco da Gama berhasil sampai ke tujuan yang direncanakannya.Tentu bisa diperdebatkan, Vasco da Gama tidak menemukan Dunia Baru, tetapi sekedar membuat hubungan antara orang-orang Eropa dengan negeri-negeri yang memang sudah berpenduduk. Jika demikian halnya, apa bedanya dengan Colombus.Perjalanan Colombus akhimya punya pengaruh yang luar biasa terhadap kebudayaan yang belum berkembang di Dunia Baru; perjalanan da Gama akhirnya menghasilkan perubahan budaya India dan Indonesia. Dalam hal menilai arti penting antara Colombus dan Vasco da Gama, satu hal perlu diingat, kendati Amerika Selatan dan Amerika Utara jauh lebih besar ketimbang India, tetapi India punya penduduk lebih banyak dari semua penduduk Dunia Baru digabung jadi satu!Namun bagaimanapun juga, jelas Colombus lebih berpengaruh luas ketimbang Vasco da Gama. Pertama, pelayaran mengelilingi Afrika menuju India bukanlah berasal dari keinginan Vasco da Gama sendiri. Raja Portugislah yang memutuskan mengirim ekspedisi itu jauh sebelum dia memilih Vasco da Gama untuk memimpinnya. Sedangkan ekspedisi Colombus muncul dari dorongan Colombus sendiri, dan berkat pendekatan dan cara merebut hatilah sehingga Ratu Isabella bersedia menunjangnya dengan keuangan.

Kalau saja tidak karena Colombus, Dunia Baru (walaupun cepat atau lambat akan ditemukan orang juga) baru akan diinjak orang entah berapa tahun kemudian, dan mungkin oleh warga Eropa lain. Selain itu, andaikata Vasco da Gama tidak diberanakkan oleh bundanya ke dunia ini, raja Portugis tinggal pilih orang lain memimpin ekspedisi itu. Bahkan andaikata Vasco da Gama tidak becus dan gagal, orang Portugis tidak akan menyetop niatnya cari jalur langsung ke India jika tampak olehnya kemungkinan itu tidak jauh. Dan, kalau saja Portugis tidak mendirikan pangkalan-pangkalan di sepanjang pantai barat Afrika, sedikit sekali kemungkinan bangsa-bangsa Eropa lain mampu menjejakkan kakinya pertama kali di India.Kedua, pengaruh Eropa atas India dan Timur Jauh tidaklah sebanding dengan pengaruh Eropa atas Dunia Baru. Kebudayaan India cepat berubah sesudah ada kontak dengan Barat.

Tetapi, dalam tempo beberapa dekade sesudah pelayaran Colombus, kebudayaan Dunia Baru malahan boleh dibilang hancur luluh. Juga tak ada persamaan antara India dengan berdirinya Amerika Serikat di Dunia Baru itu.Seperti halnya orang tidak bisa memberi pujian (atau kutukan) kepada Christopher Colombus atas semua peristiwa yang terjadi di Dunia Baru, begitu pula orang tidak bisa menghargai Vasco da Gama dengan semua hasil-hasil dari adanya kontak antara Eropa dan Timur. Vasco da Gama hanyalah membuat salah satu mata rantai saja karena banyak lagi orang yang dapat dicatat sebagai perintis: Henry Sang Navigator, sejumlah pelaut Portugis yang menjelajahi pantai barat Afrika; Bartolomeus Dias; Vasco da Gama sendiri; para pengganti sesudahnya (seperti Fransisco de Almeida dan Alfonso d’Albuquerque); dan masih banyak lagi. Saya pikir, Vasco da Gama hanyalah merupakan mata rantai terpenting belaka. Tetapi, dia bukanlah orang yang begitu punya peranan penting seperti dilakukan Christopher Colombus dalam hal Eropanisasi Dunia Baru.

dari berbagai sumber
Read more…

ANTOINE LAURENT LAVOISIER 1743-1794 tokoh terkemuka di ilmu perkembangan kimia

Ilmuwan Perancis hebat Antoine Laurent Lavoisier merupakan tokoh terkemuka di bidang perkembangan ilmu kimia. Pada saat kelahirannya di Paris tahun 1743, ilmu pengetahuan kimia ketinggalan jauh ketimbang fisika, matematika dan astronomi. Sejumlah besar penemuan yang berdiri sendiri-sendiri sudah banyak diketemukan oleh para ahli ilmu kimia, tetapi tak satu pun kerangka teori yang dapat jadi pegangan yang dapat merangkum informasi yang terpisah-pisah. Pada saat itu tersebar semacam kepercayaan yang tak meyakinkan bahwa air dan udara merupakan substansi yang elementer. Lebih buruk lagi, adanya kesalahfahaman mengenai hakekat daripada api.
Kepercayaan yang berkembang saat itu adalah bahwa semua proses pembakaran benda mengandung substansi duga-dugaan yang disebut “phlogiston,” dan bahwa selama proses pembakaran, substansi barang yang terbakar melepaskan phlogiston-nya ke udara.Dalam jangka waktu antara tahun 1754 – 1774, ahli-ahli kimia berbakat seperti Joseph Black, Joseph Priestley, Henry Cavendish dan lain-lainnya telah mengisolir arti penting gas seperti oxygen, hydrogen, nitrogen dan carbon dioxide.
Tetapi, sejak orang-orang ini menerima teori phlogiston, mereka tidak mau memahami hakikat atau arti penting substansi kimiawi yang telah mereka ketemukan.
Oxygen, misalnya, dipandang sebagai udara yang semua phlogiston-nya telah dialihkan. (Sebagaimana diketahui bahwa serpihan kayu lebih sempurna terbakar dalam oxygen ketimbang dalam udara; mungkin ini akibat udara lebih mudah menghisap phlogiston dari kayu yang terbaru). Jelas, kemajuan nyata di bidang kimia tidak bisa terjadi sebelum dasar-dasar utamanya dapat difahami.Adapun Lavoisier yang berhasil dan menangani bagian-bagian yang menjadi teka-teki menjadi satu kesatuan yang dapat dibenarkan dan menemukan arah yang tepat dalam teori ilmu kimia.
Pada tahap pertama, kata Lavoisier, teori phlogiston sepenuhnya meleset: tidak ada benda yang namanya phlogiston. Proses pembakaran terdiri dari kombinasi kimiawi tentang terbakarnya barang dengan oxygen. Kedua, air bukanlah barang elementer samasekali melainkan satu campuran antara oxygen dan hydrogen. Udara bukanlah juga substansi elementer melainkan terdiri terutama dari campuran dua jenis gas, oxygen dan nitrogen.
Semua pernyataan ini kini tampak gamblang sekarang, tetapi belum bisa ditangkap baik oleh pendahulu-pendahulu Lavoisier maupun rekan sejamannya. Bahkan sesudah Lavoisier merumuskan teorinya dan mengajukan kepada kalangan ilmuwan, toh masih banyak juga pemuka-pemuka ahli kimia yang menolak gagasan teori ini. Tetapi, buku Lavoisier yang brilian Pokok-pokok Dasar Kimia (1789), begitu terang dan jernihnya mengedepankan hipotesa ini dan begitu meyakinkan serta mengungguli pendapat-pendapat lain, barulah ahli-ahli kimia angkatan lebih muda dengan cepat mempercayainya.
Seraya membuktikan bahwa air dan udara bukanlah unsur kimiawi, Lavoisier mencantumkan pula dalam bukunya daftar substansi benda-benda itu yang dianggapnya punya arti mendasar dan bersifat elementer meski daftarnya mengandung beberapa kekeliruan, daftar unsur kimiawi modern sekarang ini pada hakekatnya merupakan perluasan dari apa yang sudah disusun Lavoiser itu.
Lavoiser sudah menyusun skema pertama yang tersusun rapi tentang sistem kimiawi (bekerja sama dengan Berthollet, Fourcroi dan Guyton de Morveau). Dalam sistem Lavoisier (yang jadi dasar pegangan hingga sekarang) komposisi kimia dilukiskan dengan namanya. Untuk pertama kalinya penerimaan suatu sistem kimia yang seragam dijabarkan sehingga memungkinkan para ahli kimia di seluruh dunia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam hal penemuan-penemuan mereka.Lavoisier merupakan orang pertama yang dengan gamblang mengemukakan prinsip-prinsip penyimpanan jumlah reaksi benda kimia tanpa bentuk tertentu: yakni reaksi dapat mengatur kembali elemen yang benar dalam substansi semula tetapi tak ada hal yang terhancurkan dan pada akhir hasil berada dalam berat yang sama seperti komponen asal. Keyakinan Lovoisier tentang pentingnya kecermatan menimbang bahan kimiawi melibatkan reaksi yang mengubah ilmu kimia menjadi ilmu eksakta dan sekaligus menyiapkan jalan bagi banyak kemajuan-kemajuan di bidang kimia pada masa-masa sesudahnya.
Lavoisier juga memberi sumbangan dalam bidang penyelidikan geologi, dan menyumbangkan pula dalam bobot yang meyakinkan di bidang fisiologi. Dengan percobaan yang teramat hati-hati (bekerja sama dengan Laplace), dia mampu menunjukkan bahwa proses fisiologi mengenai keringatan atau bersimbah peluh adalah pada dasarnya sama dengan proses pembakaran lambat. Dengan kata lain, manusia dan bangsa binatang menimba energi mereka dari proses pembakaran organik yang perlahan dari dalam, dengan penggunaan oxygen dalam udara yang dihimpunnya. Penemuan ini saja –yang mungkin arti pentingnya setara dengan penemuan Harvey tentang peredaran darah– sudah cukup mendudukkan Lavoisier dalan daftar urutan buku ini. Tambahan pula, Lavoisier punya makna amat penting berkat formulasinya tentang teori kimia sebagai titik tolak tak tergoyahkan bagi sektor pengetahuan kimia pada jalur yang tepat. Dia umumnya dianggap sebagai “Pendiri ilmu kimia modern”, dan memang dia patut mendapat julukan itu.”Daftar Periodik Unsur” modern yang dasarnya merupakan perluasan dari daftar LavoisierSeperti halnya beberapa tokoh yang tercantum dalam daftar urutan buku ini, Lavoisier justru belajar hukum di saat remajanya.
Meski dia dapat gelar sarjana hukum dan diangkat dalam lingkungan ahli hukum namun tak sekali pun dia pernah mempraktekkan ilmunya, walau memang ada dia berkecimpung dalam dunia perkantoran administrasi Perancis dan pelayanan urusan masyarakat. Tetapi yang terutama dia giat di dalam Akademi Pengetahuan Kerajaan Perancis. Dia juga anggota Ferme Generale, suatu organisasi yang berkecimpung dalam dunia urusan pajak. Akibatnya, sesudah Revolusi Perancis 1789, pemerintahan revolusioner teramat mencurigainya.Akhirnya dia ditangkap, berbarengan dengan dua puluh tujuh anggota Ferme Generale. Pengadilan revolusi mungkin tidak terlampau teliti, tetapi proses pemeriksaan berjalan cepat. Pada suatu hari tanggal 8 Mei 1794 kedua puluh tujuh orang itu diadili, dinyatakan bersalah dan dipenggal kepalanya dengan guillotine. Lavoisier dapat hidup terus dengan istrinya yang cerdas yang senantiasa membantunya dalam kerja penyelidikan.
Pada saat pengadilan, ada permintaan agar kasus Lavoisier dipisahkan, seraya mengedepankan sejumlah pengabdian yang sudah dilakukannya untuk masyarakat dan ilmu pengetahuan. Hakim menolak permintaan dengan komentar ringkas “Republik tak butuh orang-orang genius.” Ahli matematika besar Langrange dengan ketus dan tepat membela temannya: “Memang diperlukan waktu sekejap untuk memenggal sebuah kepala, tetapi tak cukup waktu seratus tahun untuk menempatkan kepala macam itu pada posisinya semula.”

Mitos di sekitaran tanah minang

Umumnya masyarakat tradisional menyalurkan perasaan hati memalui sebuah perantara, sebab masyarakat tradisional belum mengenal apa yang disebut basa tulis. Agar pendidikan terus berlangsung, masyarakat itu menciptakan mitos sebagai sarana pembelajaran yang sesuai pula dengan keadaan waktu itu, para akademisi sekarang menyebutnya dengan folklore. Mitos sebagai sarana pendidikan terus disalurkan dari mulut ke mulut sehingga mitos tersebut diwarisi turun temurun bahkan sampai sekarang.

Cerita rakyar seperti ini sangatlah unik, baik dari filosofi maupun dari makna yang diusungnya. Para sejarahwan mengatakan bahwa mitos adalah cerita rekaan belaka. Artinya, fakta sejarah yang mendukung kahadirannnya sama skali kurang atau tidak ada. Namun, sebagai sarana pengusung pesan di dalam mitos terdapat proses pembelajaran, meskipun berkembang dari mulut ke-mulut, tetapi akhir-akhir ini fungsi tersebut tidak begitu menonjol bahkan lebih diarahkan untuk hiburan belaka. Sebab, lambat laun masyarakat kita tidak lagi memandang mitos sebagai aset yang berharga bagi pembentukan kepribadian sesorang. Hal ini, mungkin disebabkan semakin majunya pendidikan di tengah-tengah masyarakat. Lagi pula masyarakat sekarang hanya butuh fakta yang berangka tahun, akibatnya cerita seperti mitos sering terlupakan begitu saja.

Seiring dengan majunya pendidikan keberadaan mitos mendapat tantangan global, tantangan tersebut berupa kritikan yang mana kritikan tersebut bersifat sangat tidak membangun. Penulis pikir rasa keingintahuan yang lebih, tetapi tidak tersalurkan menciptakan rasa ketidakpuasan para kritikus. Namun demikian, juga sering diantara kritikus melupakan ruang kososng yang ada di dalam dirinya, dan memandang mitos ini dari segi Etik, tanpa memperhatikan faktor Emik. Sehingga kritikus melihat mitos hanya cerita menakut-nakuti anak kecil agar patuh kepada orang tua. Sementara kritkan itu tidak dibarengai dengan kemauan dan kesabaran untuk menggali mitos, para kritikus bisa saja surut satu langkah untuk meneliti kelahiran mitos di tengah masyarakat.

Namun, fakta malah sebaliknya sehingga jalan buntu selalu mengedepan, akibatnya cercacaan, cela, dan arogan-arogan yang anarkis menghujat, menyudutkan, seakan-akan mitos tersebut tidak pernah ada di tengah-tengah masyarakat Minangkabau, padahal kita hidup di tengah-tengah mitos itu sendiri yaitu mitos kehidupan, sebab manusia juga tidak mengetahui kapan kehidupan ada, tanggal berapa dan bulan berapa, nyatanya sampai sekarang tiada seorangpun yang mampu menciptakan standarisasi awal dimulainya kehidupan ini. Pernah muncul pernyataaan dari sebagian masyarakat sekarang ‘’bahwa di dalam tambo hanya terdapat 20 % unsur-unsur sejarah, 98% lagi adalah mitos atau kebohongan, hal ini tidak lebih berfungsi hanya untuk memperkuat keberadaan suatu tokoh di dalam suatu masyarakatâ

Pernyataan seperti ini secara tidak langsung telah menghilangkan asal usul sebuah masyarakat dan lebih parah lagi kesimpulan ini telah diwarisi pada generasi selanjunya. Lain halnya dengan Roland Barthes dalam bukunya Mithologies menerangkan dengan rinci tentang mitos, dengan ilmu semiotik (ilmu tentang tanda) Barthes berusaha mengungkap makna di balik mitos tersebut. Barthes menggolongkan tanda menjadi 2 bagian yaitu tanda (makna yang dimunculkan objek tersebut secara individu) dan penanda (makna simbolik yang terungkap apa bila diinterprestasikan dengan memperhatiakn fenomena-fenomena budaya yang berlaku). Dengan pisau semiotik ini, Barthes berkelana dari suatu kebudayaan ke-kebudayaan lain, dia juga mampu melihat bahwa di dalam kebudayaan-kebudayaan tersebut terdapat berbagai penanda-penanda kebudayaan yang unik dan menarik, salah satunya adalah mitos. Barthes ialah salah satu contoh orang yang berhasil menemukan ruang ksosong di dalam diri sehingga Barthes mampu melihat gambaran-gambaran kejadian, keadaan atau fenomena-fenomena budaya yang terjadi pada masa lampau ataupun pada masa akan datang. Gambaran-gamabaran tersebut juga telah membuka wawasan Barthes dan ia menjadi tahu bagaimana orang-orang terdahulu memberikan nasehat, dan didikan kepada generasi muda terdahulu sehigga genersi tersebut mampu tampil di panggung Nasional maupun internasional. Sebagai contoh, mitos ‘’balayia jo lapiak salai’’ artinya berlayar dengan sehelai tikar. Mitos ini timbul ketika Syeh Burhanuddin pulang dari Aceh berlayar dengan sehelai tikar, demi kebaktian beliau terhadap guru yakni Syeh Abdurrauf .

Jika kita pandang mitos tersebut sebagai tanda, berarti beliau memang benar berlayar dengan sehelai tikar, akan tetapi jika tilik sebagai penanda, di sana terselip kepatuhan seorang murid terhadap guru dan hal ini tidak dimiliki olah murid-murid Syeh Abdurrauf yang lain atau dapat juga diartikan, bahwa Syeh Burhanuddin benar-benar menggunakan sehelai tikar, akan tetapi tikar tersebut dijadikan layar dari perahu yang dia gunakan. Mungkin pernyataan ini diaggap melenceng oleh sebagian orang, akan tetapi kenyataan juga bisa berlaku seperti itu. Contoh kedua, sebuah ungkapan lama yang dimiliki masyarakat Minang, sajak gunuang marapi sagadang talua itiak artinya berawal dari gunung merapi sebesar telur itik.

Secara ilmu pengetahuan, sebagai penanda hal itu dapat dianggap benar, bahwa gunung berapi yang dapat kita lihat sekarang mungkin tidak langsung sebesar itu, pada awalnya gunung api hanya berbentuk celah keil yang ada dikulit bumi, kemudian celah tersebut mencipta gundukan kecil bertambah lama bertambah besar sebagai akibat tolakan energi yang maha dasyat dari dalam perut bumi, semakin lama energi yang ada dalam perut bumi semakin besar, maka sudah barang tentu tolakannya untuk keluar juga semakin kuat dan gundukan yang terbentuk juga bertambah besar, akhirnya gundukan tersebut dinamakan dengan gunung berapi. Jika gundukan tanah tadi tidak lagi mampu menahan energi yang ada di dalam perut bumi, suati saat gundukan itu pecah inilah yang dinamakan dengan letusan gunung berapi.

Jika kita perhatikan, bahwa orang Minang dahulu cukup pandai dan pintar dalam menanggapi berbagai macam fenomena alam, sehingga mereka mampu melahirkan falsafah alam takambang jadi guru. Dan tidak tertutup kemungkinan bahwa orang Minang mampu menjadikan dasar fenomena alam untuk menciptakan berbagai macam ungkapan, mamangan dan sebagainya. Bahkan sebelum berkarya, orang Minang selalu memikirkan kelogisan dari ciptaan mereka, sebutlah itu filsafat-filsafat Adat, mamangan adat, petatah-petitih ataupun mitos Balayia jo lapak salai. Sungguh sangat disayangkan sekali bahwa kehadiran mitos hilang begitu saja. Sebab bagaimananpun juga mitos adalah milik kolektif dan menjadi identitas sebuah masyarakat. Maka sudah sepatutnyalah generasi sekarang menggali dan memperhatikan keberadaan mitos di dalam masyarakat. Penggalian ini tentu saja bukan dimaksudkan untuk menjadikan mitos sebagai kiblat baru bagi dunia pendidikan, tetapi dengan penggalian itu hendaknya kita dapat memepelajari falsafah yang termuat di dalam mitos. Dan tidak tertutub kemungkinan bahwa falsafah-falsafah itu dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mencerna femomena kehidupan sekarang.

Mencocokkan Atlantis dengan Indonesia

TEMPO Interaktif, Jakarta,

Atlantis telah memikat banyak peneliti dan mengilhami para seniman dari berbagai zaman. Misalnya saja Francis Bacon dengan esainya The New Atlantis (1627), Isaac Newton yang mengkaji beragam mitologi yang berkaitan dengan Atlantis. The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended, 1728), ilmuwan Nazi Heinrich Himmler yang mencari moyangnya hingga ke Tibet pada 1938, hingga Walt Disney dengan animasinya Atlantis: The Lost Empire (2001). Sejak pertama kali diungkapkan oleh filsuf Yunani, Plato (429–347 Sebelum Masehi), pada sekitar 2.460 tahun yang lalu dalam karya dialoginya Timaeusdan Critias, Atlantis tetap menjadi misteri. Apakah Atlantis itu memang ada atau hanya negeri rekaan Plato belaka? Arysio Nunes do Santos melalui bukunya, Atlantis: The Lost Continent Finally Found – The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization – Indonesia Ternyata Tempat Lahir Peradaban Dunia, memastikan Atlantis bukan fiksi. Bahkan ia menyimpulkan bahwa lokasi benua yang hilang itu sesungguhnya berada di wilayah Indonesia. Memang, sejak akhir abad ke-19, para peneliti membuat hipotesis lokasi Atlantis.

Sedikitnya ada 30 lokasi tersebar di penjuru dunia yang mengklaim sebagai lokasi Atlantis. Di antaranya Siprus, Malta, Kreta, Santorini, dan Sisilia di dekat laut Mediterania. Lokasi lain adalah di kawasan Samudra Atlantik, seperti Kepulauan Canary dan Laut Utara, serta wilayah Segitiga Bermuda di kawasan Pasifik dan Paparan Sunda (Indonesia) di kawasan Samudra Hindia.Santos sampai pada kesimpulan itu setelah mengkaji selama 30 tahun dengan mencocokkan ciri-ciri “pulau” (nesos) Atlantis yang diungkapkan Plato dengan kondisi Indonesia. Menurut Santos, tak kurang 30 kecocokan ciri antara Atlantis menurut Plato dan kondisi Indonesia.

Misalnya, berada di wilayah tropis yang selalu panas meskipun di Zaman Es. Penuh dengan segala jenis keindahan dan kekayaan: daratan-daratan yang luas dan ladang-ladang yang indah, lembah dan gunung; batu permata dan berbagai jenis logam, kayu-kayu wangi, wewangian, dan bahan celup yang tinggi mutunya, sungai-sungai, danau-danau, dan irigasi yang melimpah; pertanian yang produktif dengan dua kali panen per tahun; istana bertabur emas, tembok perak, dan benteng; gajah dan segala jenis binatang buas. Pengkajian Santos ini menggunakan pendekatan tradisi-tradisi suci, naskah kuno, dan mitos-mitos dari banyak bangsa, seperti Yunani, Romawi, Mesir, Mesopotamia, Funisia, India-Amerika, Hindu, Buddha, dan Yahudi-Kristen. Lalu, dia melakukan pelacakan ke belakang, mencari data ilmiah yang mendukung dan menjelaskan tradisi kuno tersebut.Di sinilah persoalan muncul, data ilmiah yang menjadi rujukan Arysio ternyata dengan mudah dipatahkan oleh kalangan ilmuwan, misalnya dari disiplin arkeologi dan geologi. Seperti terungkap dalam acara seminar nasional bertajuk “Indonesia – Atlantis yang Sesungguhnya”, yang diselenggarakan penerbit Ufuk Publishing House di Museum Indonesia Taman Mini Indonesia Indonesia, 20 Februari lalu.

Harry Truman Simanjuntak, arkeolog dari LIPI, yang menjadi salah satu pembahas, mengatakan klaim Santos bahwa penduduk Paparan Sunda pada akhir zaman es (Pleistosen) memiliki peradaban yang tinggi tidak memiliki bukti. Pada periode 11.600 tahun yang lalu, kata Harry, ras yang menghuni wilayah ini adalah Australomelanesoid. Ia merupakan manusia modern awal yang menghuni gua-gua dan menggunakan perkakas dari batu serta hidup dari mengumpulkan dan meramu bahan makanan. Sementara itu, menurut Santos, yang meyakini betul kebenaran Plato, orang Atlantis itu adalah induk dari semua peradaban di dunia. Ketika Paparan Sunda tenggelam, mereka yang selamat bermigrasi ke berbagai penjuru dunia, seperti ke Asia Tenggara, Cina, Polinesia, Amerika, dan Timur Dekat. Mereka sudah mampu bercocok tanam, mengolah bahan tambang menjadi logam mulia, dapat membangun istana, tembok, dan benteng, serta memiliki seni budaya yang tinggi. Keraguan juga datang dari Awang H. Satyana, geolog senior di BP Migas. Menurut dia, klaim Santos bahwa Paparan Sunda (daratan yang menyatukan Sumatera, Jawa, Kalimantan) itu tenggelam karena letusan Gunung Krakatau yang mendatangkan tsunami setinggi 130 meter dan dan mencairkan es di kutub selatan juga tidak memiliki data ilmiah pendukung. Letusan gunung, kata Awang, tidak mungkin melelehkan es di kutub. Malahan, yang paling mungkin adalah perubahan iklim seperti yang terjadi setelah Gunung Tambora meletus pada 1815. Abu yang dimuntahkan gunung itu sangat tebal sehingga menutupi atmosfer dan menghalangi sinar matahari. Akibatnya, suhu menjadi turun dan membuat iklim menjadi dingin, bahkan di Eropa kala itu ada julukan the year without summer.Sementara itu, tidak ada publikasi penelitian yang mengkonfirmasi adanya letusan Krakatau pada 11.600 tahun yang lalu. Menurut Awang, letusan paling purba dari Krakatau yang terlacak oleh geologi saat ini adalah pada 416 Masehi.

Namun, dalam pandangan budayawan Radhar Panca Dahana, tesis Santos yang menyebutkan bangsa yang mendiami Paparan Sunda memiliki peradaban yang tinggi cukup masuk akal. Radhar mengutip pernyataan Nobelis Rabindranath Tagore, yang marah ketika ditawari melihat “Indonesos” atau India Jauh saat berkunjung ke Jawa pada 1920-an. Menurut Tagore, apa yang dilihatnya bukanlah India, melainkan Jawa yang jauh berbeda dari India. Bukti bahwa nenek moyang kita adalah pelaut besar dan pembuat perahu yang hebat, kata Radhar, bisa dilihat pada relief di Candi Borobudur. Perahu bercadik yang tergambar di situ kemudian ditiru oleh bangsa Eropa. Pada seribu tahun yang lalu, kata Radhar, ras Austronesia mampu berlayar sampai ke Haiti di Pasifik.Di balik kontroversinya, kehadiran buku yang diklaim penerbitnya sebagai nasional best seller(telah dicetak 10 ribu kopi) ini merupakan berkah bagi bangsa Indonesia.

Betapa tidak, ini merupakan promosi gratis dari penulis asing atas keelokan, keunikan, dan kekayaan sumber daya alam, dan keberanekaan seni budaya Nusantara. Selain itu, buku ini bisa menjadi aspirasi bagi pembaca Indonesia untuk berbangga akan Indonesia. Dari rasa cinta terhadap Tanah Air itu diharapkan tumbuh rasa memiliki, yang membangkitkan rasa ingin tahu yang mendalam mengenai asal-usul bangsa ini. Santos juga mengundang para peneliti, para Atlantiolog, untuk menjadikan kawasan ini sebagai tempat penelitian. “Atlantis sampai saat ini tidak ditemukan karena mereka mencarinya di tempat yang salah,” tulis Santos, yang wafat dua bulan setelah bukunya ini terbit pada 2005.

DODDY HIDAYAT

Judul: Atlantis: The Lost Continent Finally Found – The Definitive Localization of Plato’s Civilization

(Indonesia Ternyata Tempat Lahir Peradaban Dunia)

Penulis: Prof Arysio Nunes dos SantosPenerjemah: Hikmah UbaidillahPenerbit: PT Ufuk Publishing HouseEdisi: III, Februari 2010 Tebal: iv+676 halaman

sejarah materialisme “karl marx”

Bab 2 dari buku Anthony Giddens, Kapitalisme dan teori sosial modern: suatu analisis karya-tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, tentang “Materialisme Sejarah”, secara garis besar, dapat dibagi menjadi dua bagian.

Bagian yang pertama adalah pembahasan mengenai pendekatan materialisme sejarah Marx, sedangkan bagian yang kedua adalah pembahasan mengenai “hasil penerapan” pendekatan tersebut oleh Marx ke dalam sejarah masyarakat dunia, mulai dari masyarakat primitif sampai kepada asal-muasal kapitalisme. Adapun penulis di sini akan memulai pembahasan dari bagian yang pertama, dan kemudian baru dilanjutkan ke bagian yang kedua.

A. Materialisme Sejarah Menurut Giddens, materialisme Marx tidak berangkat dari suatu “posisi ontologi apapun juga yang dipikirkan secara logis.” Materialisme Marx hanya berangkat dari suatu bentuk pemahaman bahwa kesadaran manusia merupakan produk interaksi antara manusia dengan dunia secara dialektis, di mana di dalam interaksi tersebut, manusia secara aktif memberikan bentuk kepada dunianya, dan demikian pula sebaliknya, dunia juga memberikan bentuk kepada manusia. Di dalam hal ini ia nampak berseberangan dengan Feuerbach dan para ahli filsafat materialisme lainnya yang terlebih dahulu, yang memahami hubungan kesadaran dengan dunia, sebagai suatu hubungan yang bersifat “searah”, dari dunia menuju kesadaran, sehingga manusia akhirnya seperti hanya menjadi “robot” yang dikendalikan oleh lingkungan materiilnya. Ia mengkritik mereka, dan mengatakan bahwa duniapun sebenarnya dimodifikasi oleh manusia melalui “kerja”, sehingga dunia yang dicerap oleh pancaindera kita sebenarnya “sudah dipersiapkan” oleh masyarakat lewat “kegiatannya”. Menurut Giddens, Marx menafsirkan sejarah sebagai “suatu proses penciptaan dan pemuasan serta penciptaan-ulang dari kebutuhan-kebutuhan manusia yang terus menerus.” Di sini konsep “kerja”, yang berarti interaksi-kreatif antara manusia dengan alam, menjadi penting, karena menjadi landasan dari masyarakat manusia. Dengan demikian, diperlukan “suatu ilmu pengetahuan mengenai masyarakat yang akan berlandaskan pada penelitian tentang hubungan yang kreatif dan dinamis antara manusia dan alam.” Inilah prinsip umum materialisme sejarah Marx menurut Giddens, yaitu interaksi kreatif dan dinamis antara manusia dan alam. Dan Giddens berpendapat bahwa Marx tidak pernah mengatakan adanya suatu “hukum-hukum umum yang tetap” di dalam hal interaksi manusia dengan alam tersebut, kecuali mungkin sifat sosial (tidak individual) dari interaksi tersebut (di dalam Bab 3). “Logika” perkembangan masing-masing masyarakat memiliki ciri-ciri khas tertentu yang bersifat intern, sehingga “kita harus bertolak dari suatu pengkajian empiris terhadap proses-proses kehidupan sosial yang konkrit dan yang mutlak bagi keberadaan manusia.” Di dalam hal ini Marx juga menolak suatu penafsiran yang bersifat teleologis terhadap sejarah. Adapun menurut Giddens, Marx menggunakan perbedaan-perbedaan pembagian kerja sebagai dasar atas tipologi masyarakatnya.

B. “Hasil Penerapan” Materialisme Sejarah Di dalam pembahasannya mengenai “hasil penerapan” materialisme sejarah oleh Marx, Giddens di dalam Bab 2 ini membagi “hasil penerapan” tersebut ke dalam tiga bagian besar, yaitu pertama, sistem-sistem pra-kelas, termasuk juga di dalam masyarakat Timur, kemudian kedua, masyarakat kuno (Eropa), dan ketiga, masyarakat feodal dengan penekanan terhadap transisi dari feodalisme menuju kapitalisme. Pembahasan di sini akan dimulai dari yang pertama, yaitu sistem-sistem pra-kelas, dan kemudian baru lanjut ke yang kedua dan ketiga. 1. Sistem-Sistem Pra-Kelas Pembahasan tentang sistem-sistem pra-kelas di dalam Bab ini melibatkan dua macam masyarakat, yaitu masyarakat suku dan masyarakat Timur. Marx, menurut Giddens, pada karya-karya awalnya hanya menggambarkan satu jenis garis perkembangan dari masyarakat suku, tetapi kemudian ia menggambarkan bahwa terdapat lebih dari satu garis perkembangan masyarakat suku, yaitu pertama, garis Eropa, dimana masyarakat suku berkembang menjadi masyarakat kuno, kedua, garis masyarakat Timur, di mana perkembangan dari masyarakat suku masih mengimplikasikan suatu bentuk sistem pra-kelas, dan ketiga, masyarakat suku Jerman, yang bersama hancurnya Kekaisaran Roma, berkembang menjadi feodalisme Eropa Barat. Di dalam masyarakat suku, pembagian kerja hanya didasarkan atas jenis kelamin. Perempuan memiliki peran produksi yang lebih kecil dari laki-laki, dan sebagian besarnya bekerja membesarkan anak. Mereka hidup secara berpindah-pindah dan melakukan pekerjaan berburu, mengumpulkan bahan makanan ataupun menggembala. Sistem kepemilikan di dalam masyarakat suku masih bersifat komunal. Ketika mereka sudah mulai tinggal menetap, muncul pertambahan penduduk yang menghasilkan pembagian kerja yang lebih beragam, yang pada gilirannya, menghasilkan produk-produk yang berbeda-beda. Kontak antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya menimbulkan baik perang atau penaklukan maupun pertukaran produk (niaga). Perang dan penaklukan menghasilkan sistem perbudakan, sedangkan pertukaran produk menghasilkan suatu bentuk pembagian kerja yang lebih kompleks dan mulai menyajikan produksi komoditi (produksi barang-barang untuk ditukarkan di pasar). Dari perkembangan hubungan tukar-menukar inilah kemudian muncul suatu bentuk uang. Di dalam pembahasannya mengenai masyarakat Timur, ada satu fenomena menarik yang merupakan ciri khas dari masyarakat Timur, yaitu ketahanannya terhadap perubahan, atau sifat stagnasinya. Marx melihat sifat ini disebabkan oleh dua hal, pertama, karena adanya sifat swasembada yang internal dari masyarakat desa, di mana sifat swasembada pertanian tersebut tidak menimbulkan pembagian kerja lebih lanjut dan membatasi pertumbuhan kota-kota, karena tidak adanya pertumbuhan urbanisasi. Kemudian yang kedua, stagnasi itu juga dapat dilihat dari tidak adanya kepemilikan atas tanah, sehingga adanya pertumbuhan penduduk tidak memiliki pengaruh apa-apa pada masyarakat Timur. Pertumbuhan penduduk yang bersambung dengan kepemilikan tanah biasanya meningkatkan nafsu memiliki dan menghasilkan suatu aktivitas ekspansi yang tiada hentinya, tetapi hal ini tidak bisa terjadi di Timur, karena tidak ada kepemilikan tanah. Masyarakat Timur ini masih dikategorikan oleh Giddens ke dalam sistem-sistem pra-kelas, karena menurut Marx, walaupun sudah ada suatu bentuk organisasi negara di dalam masyarakat Timur, tetapi ia tidak pernah melibatkan suatu sistem kelas yang maju, karena kepemilikannya di tingkatan lokal masih bersifat komunal.

2. Masyarakat Kuno Menurut Giddens, analisa Marx terhadap masyarakat kuno dipusatkan pada kasus Roma. Walaupun di Roma kota memainkan peran yang sangat penting di dalam perekonomian, tetapi Roma tidak terlepas dari pengaruh kepemilikan tanah; para petani pemilik tanah di desa malah kebanyakan tinggal sebagai penduduk di kota. Sejalan dengan bertambahnya penduduk, hal ini menimbulkan kebutuhan akan perluasan wilayah. Tekanan kekurangan tanah menjadi kuat, karena tanah yang ada tidak digunakan untuk meningkatkan produktivitas. Adapun perluasan wilayah semakin memperluas perbudakan dan memusatkan kepemilikan tanah. Penghisapan kaum ningrat semakin menjadi-jadi pada masa akhir negara Romawi, terutama melalui sistem riba, walaupun sistem ini tidak pernah menjadi suatu bentuk pengumpulan modal. Praktek Riba ini pada gilirannya malah semakin memiskinkan petani kecil yang kehidupannya sudah parah, karena sering diperintahkan untuk bertugas di medan perang. Bentuk penghisapan ini pada akhirnya benar-benar menghancurkan rakyat Romawi dan menggantikan ekonomi petani kecil dengan ekonomi perbudakan murni. Perkembangan dari sistem perbudakan ini berjalan seiring dengan tumbuhnya perusahaan-perusahaan pertanian besar (latifundiae). Tetapi kegagalan dari perdagangan dan industri untuk mencapai titik tertentu, dan semakin parahnya kondisi sebagian besar dari penduduk, malah mengakibatkan perusahaan-perusahaan pertanian tersebut menjadi tidak ekonomis lagi. Perdagangan dan kota-kota juga mengalami kemunduran dan keruntuhan, sehingga akhirnya perbudakan mulai dihapuskan dan perusahaan-perusahaan pertanian yang besar dipecah-pecah dan disewakan dalam bentuk pertanian kecil. Sistem ekonomi dengan demikian kembali lagi kepada pertanian dengan skala kecil. Romawi akhirnya menjadi hancur karena situasi internalnya sendiri; kekayaan yang sebenarnya dapat dikembangkan menjadi tenaga-tenaga produktif yang bagus, malah dihambat oleh komposisi masyarakatnya sendiri. Feodalisme dan Transisi Menuju Kapitalisme Giddens menjelaskan tahap dini feodalisme dengan merujuk kepada karya Engels, Asal Usul Keluarga, Pemilikan Pribadi dan Negara, karena menurut dia, Marx tidak begitu banyak membahas mengenai tahap dini feodalisme. Tahap dini feodalisme dimulai dari serangan kaum barbar atas Roma yang memang sudah hancur dari dalam.

Orang-orang barbar yang menghadapi tugas mengurus wilayah-wilayah yang diambil-alih terpaksa mengambil unsur-unsur dari Romawi, dan merubah sistem pemerintahan mereka. Pemerintahan didominasi oleh panglima militer, yang pada perkembangan selanjutnya dikelilingi oleh para bangsawan dan kaum elite terpelajar. Peperangan dan kekacauaan yang terjadi selama beberapa abad di Eropa Barat, mengakibatkan kemiskinan dan penghambaan yang meluas. Sehingga dengan demikian terjadilah transformasi menuju sistem feodalisme. Berbeda dengan masyarakat kuno, maka pada feodalisme, pusat perekonomian ada di pedesaan. Menurut Giddens, Marx, di dalam pembahasannya mengenai feodalisme, lebih banyak mencurahkan perhatiannya terhadap transisi dari feodalisme ke kapitalisme. Ada dua tahap kemajuan sejarah yang terdapat di dalam transisi dari masa feodalisme menuju kapitalisme. Yang pertama adalah gerakan kelas pedagang dari perdagangan murni ke dalam produksi. Hal ini terjadi pada sekitar abad keduabelas, ketika kota-kota berkembang menjadi pusat perdagangan. Berkembangnya perdagangan ini mengakibatkan pemakaian uang yang makin luas dan terjadinya pertukaran komoditi di dalam sistem ekonomi feodal, yang memudahkan praktek-praktek lintah darat di kota-kota, memundurkan kekayaan para bangsawan feodal, dan memakmurkan para petani kecil, sehingga mampu memenuhi kewajiban pada tuannya melalui uang atau bahkan memerdekakan dirinya dari kuasa tuannya.

Di Inggeris sendiri perbudakan sudah benar-benar dihapuskan pada akhir abad keempatbelas. Walaupun begitu pada tahap ini, perkembangan kapitalisme memiliki keterbatasannya sendiri. Ada beberapa sebab dari keterbatasan itu, yang pertama adalah karena kota-kota dikuasai oleh serikat-serikat sekerja yang “sangat membatasi jumlah magang dan lulusan permagangan yang boleh dipekerjakan oleh sang majikan”. Selain itu serikat-serikat sekerja itu juga memisahkan diri dari modal niaga. Kemudian sebab yang kedua adalah bahwa mayoritas penduduk pada saat itu masih terdiri dari kaum tani yang merdeka. Tahapan sejarah yang kedua di dalam masa transisi menuju kapitalisme adalah para produsen yang bergerak sendiri dari produksi untuk memperluas bidang-bidang kegiatan mereka, agar bisa meliputi perdagangan. Tahapan ini didahului oleh “pengambil-alihan alat-alat produksi” dari para petani, dan proses ini terjadi pada periode yang berbeda dengan cara yang bermacam-macam di berbagai negeri. Di Inggeris misalnya, pada akhir abad kelimabelas, “peperangan antar golongan feodal mengakibatkan menurunnya sumber-sumber kekayaan si bangsawan” , sehingga pembantu-pembantu kaum bangsawan yang dibubarkan dilemparkan ke pasaran sebagai kaum proletar. Reformasi juga semakin mendorong terjadinya proses ini. Tanah-tanah luas milik gereja dibagi-bagi kepada “bangsawan favorit” atau dijual murah kepada para spekulan, yang kemudian mengusir para pengolah tanah. Proses pengambil-alihan tersebut memunculkan suatu lapisan yang kemudian dinamakan proletariat atau “buruh-upahan”.

Walaupun begitu, menurut Marx, peristiwa-peristiwa belum merupakan memenuhi syarat-syarat bagi munculnya kapitalisme. Peristiwa yang juga sama pentingnya dengan proses pangambil-alihan itu adalah perluasan perdagangan lewat lautan yang jauh, sebagai akibat dari penemuan-penemuan di lapangan geografis (penemuan benua Amerika dan Tanjung Harapan). Perdagangan lewat lautan ini menimbulkan pemasukan kapital yang cepat, serta ditambah lagi dengan penemuan emas dan perak yang mengakibatkan terjadinya banjir logam mulia di Inggeris. Tumbuh pabrik-pabrik baru yang bukan merupakan bagian dari serikat-serikat sekerja. Perpabrikan ini, berbeda dengan serikat-serikat sekerja, tidak mendasarkan dirinya pada pertukangan, tetapi pada pemintalan tenun. Banjirnya logam mulia yang telah disebutkan di atas mengakibatkan kenaikan harga yang sangat tinggi, sehingga memberikan keuntungan-keuntungan yang besar dalam perdagangan dan perpabrikan, serta menghancurkan tuan-tuan tanah besar, dan melipatgandakan jumlah buruh-upahan. Kaum borjuis yang mulai tumbuh ini terus berkembang secara progresif. Pada periode kapitalisme itu sendiri, menurut Marx, ada dua tingkatan organisasi produksi. Yang pertama adalah perpabrikan&emdash;memperkenalkan sistem pembagian kerja yang melibatkan banyak orang&emdash;dan yang kedua adalah mekanisasi dan teknologi.

original source; media isnet